ALASAN ROKOK MASIH DIPERJUALBELIKAN MESKIPUN BEREFEK NEGATIF BAGI KESEHATAN

Di dalam sepuntung rokok mengandung kurang lebih 4000 jenis senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut diantaranya nikotin yang bersifat adiktif, tar yang dapat meningkatkan risiko kanker, dan karbon monoksida yang merupakan gas beracun sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah.

Tidak hanya berbahaya bagi si perokok aktif, namun juga berbahaya bagi orang yang disekelilingnya yang mendapat paparan asap rokok atau yang bisa disebut perokok pasif. Kedua perokok tersebut memiliki risiko untuk terkena berbagai penyakit seperti PPOK, ISPA, TBC, kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, bahkan penyakit kulit.

Berbagai tindakan preventif seperti penyuluhan bahaya rokok dan peringatan kesehatan bergambar pada bungkus dan iklan, tetapi ironisnya masih banyak masyarakat yang merokok. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) menyatakan bahwa, prevalensi perokok di atas usia 15 tahun mencapai 33,8 persen dan penduduk usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2 persen di tahun 2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018.

Dari bahaya yang ditimbulkan dari merokok tersebut banyak orang heran mengapa Indonesia masih memberi izin produksi dan jual beli rokok. Ternyata banyak lho guys yang menjadi pertimbangan pemerintah, diantaranya

Demand Rokok yang Tinggi

Dari data prevalensi diatas, ini menjelaskan kalau demand rokok masyarakat tinggi sekali. Seperti yang kita ketahu pada teori ekonomi bahwa pasar hanya mengikuti demand. Tingkat permintaan dan penawaran akan barang atau jasa itu saling mempengaruhi harga barang atau jasa itu sendiri. Karena konsumen menuntut lebih banyak barang, harganya naik dan lebih banyak produsen bekerja untuk menyediakan barang itu. Dalam menyediakan barang dengan permintaan yang tinggi juga pastinya akan menaikkan jumlah tenaga kerja. Jika pabrik rokok ditutup paksa maka pengangguran menjadi bertambah banyak sekali dan ini akan berimbas ke perekonomian negara.


Cukai Rokok yang Besar

Pada tahun 2021 ini, pemerintah merencanakan menaikkan tarif cukai rokok sebesar 14% dari harga rokok yang berlaku di pasaran sebelumnya. Ada beberapa alasan dinaikkannya tarif cukai rokok, mulai dari upaya mengurangi konsumsi rokok, mengatur industri rokok, serta yang berkaitan dengan kepentingan negara. Karena rokok merupakan benda wajib cukai, maka pendapat pajak dari rokok untuk negara itu besar. Dibuktikan dengan pendapatan freeport sebesar Rp 8 triliun per tahun di tanah air dikalahkan oleh cukai rokok yang bernilai Rp 139,5 triliun per tahun. Meskipun penaikkan tarif cukai mampu menjadi solusi penurunan demand rokok, namun upaya tersebut juga dapat memberi keuntungan bagi negara. Maka dari itu bisa kita bayangkan jika pabrik rokok ditutup maka pendapatan negara akan menurun dengan drastis.


Pengaruh yang Rendah Meskipun Harga Rokok Dinaikkan

Menaikkan harga rokok masih menjadi cara bagi pemerintah di berbagai negara untuk mengurangi jumlah perokok. Kita ambil contoh negara Singapura, di sana Marlboro sekitar $12 (Rp 115.000), sedangkan di negara kita hanya berkisar antara Rp 21.000. Dengan harga rokok yang tinggi sekali ternyata jumlah perokok masih tinggi. Jumlah perokok yang masih tinggi sulit dicegah karena faktor pencetusnya memang disebabkan oleh generalize other, perilaku demonstration effect. Selain itu aturan dalam pembatasan jual beli rokok masih lemah. Hal tersebut dapat dibuktikan masih banyaknya toko dan warung yang menjual rokok dengan bebas dan ketengan tanpa mempertimbangkan kepada siapa konsumennya sehingga remaja dibawah umur dengan mudah mendapat akses untuk merokok.


Penyedia Dana dan Ajang Olahraga & Seni

Kalau  sedang menonton pertunjukkan olahraga ataupun seni, seringkali ya kita lihat bahwa PT Djarum merupakan sponsor utama dan masih banyak lagi sponsor dari rokok lainnya. Djarum punya sumbangan besar lewat berbagai ajang olahraga, terutama bulutangkis. Produk rokok masih menempati urutan pertama sebagai penyedia dana dunia olahraga dan seni pertunjukan di Indonesia. Setelah berjalan enam puluhan tahun terakhir, belum ada produk lain yang bisa menggantikan mereka. Maka bisa dirasakan pasti akan sangat sulit kalau kita harus lepas dari sponsor rokok. Begitupun dengan beasiswa pendidikan, beasiswa Djarum Plus masih menjadi beasiswa yang banyak diincar para peserta didik/mahasiswa. Tidak hanya bantuan dana perkuliahan yang diberikan, para penerima Beasiswa Djarum Plus juga akan mendapatkan berbagai pelatihan soft skills yang berguna untuk mempersiapkan mereka menjadi calon pemimpin masa depan bangsa.

 

Hufft ternyata sangat complicated ya guys masalah ini. Industri rokok bagaikan pedang bermata dua. Ga heran kenapa Indonesia sampai sekarang masih struggle mengatasi masalah ini. Kalau menurut kalian gimana ? :)))

 

Sumber:

Gambar diambil dari http://lombokita.com/rokok-harus-dijual-mahal-setuju/

Comments

  1. topik artikel yang ditulis sangat menarik dan juga sistem penulisan yang mudah dimengerti, tetap terus berkarya terima kasih
    https://renwawasan.blogspot.com/

    ReplyDelete

Post a Comment