Pembelajaran Daring dengan Metode Blended Learning di Masa New Normal

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 ini menghantam berbagai sektor di Indonesia. Tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, sektor pariwisata, sektor manufaktur, sektor transportasi saja, sektor pendidikan pun dibuat kewalahan karena proses belajar mengajar yang ikut terdampak. Pandemi Covid-19 yang semakin merebak di Indonesia membuat banyak sekolah menghentikan pembelajaran tatap muka.

Menurut data UNICEF, pandemi Covid-19 membuat adanya penutupan sekolah di 188 negara dengan total 91%. Secara global, UNICEF memperkirakan ada sekitar 463 juta anak yang terdampak. Di Indonesia, tercatat 642 sekolah ditutup dari jenjang pendidikan PAUD sampai perguruan tinggi. Akibatnya, 68,8 juta siswa melakukan pembelajaran dirumah dan 4,2 juta guru dan dosen mengajar dari rumah.

Akibat penutupan sekolah tersebut, sebagai gantinya pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh. Perubahan sangat cepat tanpai diiringi persiapan yang memadai sebelumnya menjadi tantangan bagi berbagai pihak, baik pemerintah, pengajar, maupun peserta didik. Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun dosen. Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda terhadap materi yang disampaikan oleh pengajar, juga menjadi tantangan bagi penyedia layanan pendidikan.

Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai di Indonesia ini, menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik penyedia layanan pendidikan maupun peserta didik untuk tetap dapat menerapkan pembelajaran daring dengan maksimal. Setiap institusi pun dituntut untuk memberikan inovasi terbaru untuk membentuk proses pembelajaran daring yang efektif. Sejak awal pandemi, berbagai cara dilakukan pengajar dalam menyampaikan materi kepada peserta didik melalui daring, seperti WhatsApp, google classroom, google meet, zoom, dan lainnya.

Kegiatan belajar melalui daring seperti ini menuntut peserta didik untuk memiliki kemandirian dalam belajar. Kemandirian belajar (Self Regulated Learning) dibutuhkan oleh peserta didik dalam membangun konsep dan prinsip yang dipelajarinya. Namun, kondisi yang nyata tidak demikian, masih banyak peserta didik khususnya mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pembuktian tanpa bimbingan dari dosen. Mahasiswa terbentur pada pemahaman konsep dan langkah-langkah yang harus diambil dalam pembuktian konsep. Mengingat begitu pentingnya kemandirian belajar bagi peserta didik, maka diperlukan pola pembelajaran yang memperhatikan terfasilitasinya kemandirian belajar.

Dalam melaksanakan pembelajaran di tengah pandemi covid-19 ini, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada masa pandemi covid-19 ini adalah model blended learning. Menurut Garner & Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran daring yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran blended learning memiliki tiga komponen penting yaitu online learning, pembelajaran tatap muka, dan belajar mandiri. Agar metode pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan efektif, pengajar maksimal memberikan materi selama 30 menit agar siswa tetap dapat fokus, sisanya dapat dilakukan guru atau dosen dengan diskusi, penugasan, tanya jawab, ataupun demonstrasi.

                                           Sumber: https://www.learncube.com/teach-english-online-using-blended-learning.html

Melalui belajar daring yang disajikan dengan metode blended learning, peserta didik dilatih untuk mampu belajar secara mandiri dalam menentukan kebutuhan dan tujuan belajarnya.  Dengan diterapkannya blended learning ini, maka biaya yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran lebih murah. Contohnya pada mahasiswa, mereka dapat memangkas biayanya yang tadinya untuk biaya belajar di kampus dengan menerapkan prosedur protokol kesehatan ataupun membayar kos yang tidak murah. Kini, biaya yang dikeluarkan hanya untuk kebutuhan paket internet saja.

Selain itu, biaya bisa dipangkas karena tidak perlu membeli  buku, fotocopy materi, ataupun pengeluaran untuk praktek seperti pembelajaran offline. Mereka bisa memperluas pengetahuannya dengan cara mencari materi melalui jurnal atau buku digital yang dibutuhkan melalui fasilitas internet yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Blended learning ini dapat dilakukan dengan melihat, membaca, mendengar, dan memperhatikan learning object. Media pendidikan yang digunakan juga bisa melalui video interaktif ataupun podcast yang sedang tren belakangan ini.

Metode blended learning pada masa pandemi Covid-19 ini juga bisa menjadi solusi atas kesulitan mahasiswa dalam melakukan pembuktian konsep. Dalam blended learning peran guru lebih sebagai tutor bagi peserta didik. Tutorial bisa dilakukan dengan jarak jauh menggunakan aplikasi ataupun tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Tutor memberikan bimbingan belajar yang bersifat akademik untuk peserta didik dan membantu kelancaran proses belajar mandiri peserta didik. Biasanya peserta didik ini dibagi menjadi kelompok belajar sehingga pembelajaran menjadi kolaboratif. Dengan begitu, peserta didik dapat bekerja sama dengan siswa lainnya ataupun dengan pengajar dalam menyelesaikan suatu permasalahan pembelajaran.

Berbeda dengan pembelajaran tatap muka biasa, pembelajaran melalui blended learning memiliki sistem evaluasi belajar yang dilihat dari proses dan hasil belajar siswa yang dapat dilakukan melalui hasil penyelesaian siswa seperti esai, kuesioner, studi kasus, ataupun penugasan praktik dalam bentuk video. Penilaian atas portofolio tersebut tidak hanya dari pengajar, melainkan juga dari peserta didik lainnya.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan saat ini, tentunya akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka seperti biasa. Agar metode pembelajaran blending learning ini dapat berjalan efektif dan maksimal, diperlukannya kesiapan oleh semua pihak terkait regulasi dan kurikulum pembelajaran. Institusi pendidikan juga harus menyiapkan manajemen yang baik dalam proses pembelajaran ini dengan mempertimbangkan  kemampuan SDM dan kondisi siswa. Kerjasama yang baik antara pemerintah, pengajar, maupun peserta didik menjadi faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran selama masa pandemi ini agar tetap berjalan dengan efektif dan maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka

https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/covid-19-laporan-baru-unicef-mengungkap-setidaknya-sepertiga-anak-sekolah-di-seluruh

Jurnal Elementaria Edukasia Volume 3 No 1 Tahun 2020

Adri, Muhammad. (2008). Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Pembelajaran. IlmuKomputer.com

Paull Eggen Don Kauchak, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Indeks

 


Comments