STOISISME: FILSAFAT YANG MEMBANTUMU TERHINDAR DARI DEPRESI

Pandemi Covid-19 banyak membawa perubahan terhadap kehidupan kita yang sebelumnya tidak pernah kita sangka sama sekali. Banyak dari kita mengalami stress karena harus menghadapi perubahan yang jauh dari ekspetasi. Pandemi Covid-19 membuat mereka harus kehilangan pekerjaan dan juga merelakan impiannya. Tentunya, masa ini menjadi hal yang tidak mudah untuk dilewati.

Stoisisme sebagai Penawar Depresi

Stoisisme adalah aliran filsafat Yunani Kuno yang dicetuskan oleh filsuf Zeno dimana tujuan hidup adalah hidup yang selaras dengan alam. Menurut Kaum Stoa, kebahagiaan ialah saat tidak adanya atau tidak timbulnya emosi yang negatif,  seperti cemas, sedih, dan takut.

Seorang filsuf Stoa bernama Epictetus mengatakan,

Ada hal-hal yang berada di bawah kendali tergantung pada kita, dan ada hal-hal yang tidak di bawah kendali atau tidak tergantung pada kita.

Pada dasarnya, kaum Stoa membagi faktor kebahagiaan hanya menjadi dua itu saja. Pertama, hal-hal yang tidak di bawah kendali kita, seperti opini dan tindakan orang lain terhadap kita, kondisi tubuh dan segala sesuatu yang diluar pikiran dan tindakan kita, yakni musibah cuaca dan peristiwa alam. Kemudian, yang kedua adalah hal-hal yang di bawah kendali kita yaitu opini dan keputusan yang kita buat, persepsi, tujuan hidup, dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita. Oleh karena itu sebagai individu, kita perlu belajar untuk menerima kenyataan bahwa banyak hal-hal di luar sana yang dapat membuat kita kecewa.

Kaum Stoa juga memberi pelajaran bahwa,

Jangan menggantungkan kebahagiaan kita kepada orang lain sebagai sesuatu yang di luar kendali kita.

Menerima kenyataan atas peristiwa yang pedih tentu tidak mudah. Filsuf Marcus Aurelius yang juga menganut Stoisme mengajak kita untuk berlapang diri menerima keadaan meskipun itu menyakitkan, 

Mengapa begitu sulit saat hidup dirasa melawan dirimu? Jika memang peristiwa ini datang dari Alam, maka terimalah dengan lapang dada. Jika tidak, maka cari tahulah apa yang harus kamu lakukan. Kerjakan itu, bahkan jika hal itu tidak memberikanmu kemuliaan.


Penderitaan dan Solusinya Menurut Epictetus

Pada situasi serba tidak menentu seperti saat ini, banyak orang terkubur dan terobsesi dalam pikiran mereka sendiri yang berujung melibatkan rasa menyesal, membenci, dan menyalahkan diri sendiri.

Yang membuat susah perasaan seseorang bukanlah sesuatu itu sendiri, melainkan penilaian mereka tentang hal tersebut.

Pikiran kita bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan tergantung bagaimana kita menyikapi hal-hal yang terjadi. Memang tidak bisa kita sangkal, banyak faktor yang dapat menggoyahkan kita sehingga membuat pikiran kita terombang-ambing. Tapi perlu diingat lagi, faktor eksternal bukanlah hal yang bisa kita kendalikan.

Pada taraf tertentu, jalannya kehidupan tak bisa diatur. Kita tidak akan bisa tau apakah besok akan mendapat berkah, atau malah musibah. Kita tidak akan pernah bisa memilih untuk menentukan kapan kita ingin lahir dan juga tidak akan pernah tahu kapan kita akan mati. Kita juga tidak bisa mengontrol agar semua orang menyukai diri kita, termasuk keputusan dan pilihan hidup kita. Dengan menyadari hal-hal tersebut, tentunya akan memudahkan kita untuk dapat lebih siap menghadapi tantangan kehidupan dimana yang diharapkan tidak sesuai dengan ekspetasi secara lebih rasional.

Sebagai penutup, apapun yang akan terjadi nanti, kita harus terus maju dan menghadapinya.  Meski tidak mudah, kita harus terus berusaha untuk melewatinya dengan menerima segala sesuatu itu apa adanya, termasuk hal yang paling menjengkelkan dan menyesakkan.


Referensi

Colter, Robert.S. 2017. Stoisisme: Filsafat Romawi Penawar Depresi.

Henry, 2019. Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa kini. Filosofi Teras.

https://www.dw.com/id/kendalikan-otak-agar-tidak-terlalu-cemas-dan-khawatir/a-54554692

Gambar Marcus Urelius

Crook, John Anthony. "Marcus Aurelius". Encyclopedia Britannica, 22 Apr. 2021, 

Comments