Selamat malam diri,
Terima kasih sudah bertahan sejauh ini, terima kasih sudah mau diajak berlari walau luka menganga setiap pagi. Terima kasih sudah bersedia menembus panasnya udara yang belum juga merasakan hujan dari atas sana. Aku tidak akan pernah lupa mimpi yang luar biasa yang kita rajut sejak sekolah menengah pertama, namun semesta punya rencana yang tak kalah bahagianya. Merangkul kamu dimana titik bisa bernapas lega sekalipun beberapa saat saja. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kamu berulang kali gagal menjaga pertemanan, entah salah siapa kamu tetap menyalahkan kita. Tak apa, selama kita baik-baik saja dan Merek tetap bahagia sekalipun sampai saat ini berdamai dengan masa lalu menjadi perkara yang tak kunjung bermuara. Aku tidak pernah lupa betapa terlukanya kamu saat capaian tak sesuai ekspetasi yang dibebankan pada pundak ringkih yang dulu kita punya. Betapa malam yang kita lewati dengan gelap gulita, betapa malam selalu diramaikan dengan balikan kertas. Nyatanya soal-soal yang kau coba pecahkan seakan menertawakan dirimu yang kesulitan menyelesaikannya. Dirimu yang tak menapak fodium juara, rasanya sesesak itu. Aku tidak pernah lupa tangisan keras tak bisa kita tahan, saat pagi dimana hinaan dilemparkan tepat didepan wajah, sungguh aku terluka. suara tertahan tanpa kata. Kita hancur saat itu juga.
Aku tidak pernah lupa sulitnya berbicara kepada mereka, menjelaskan mimpi-mimpi yang kita punya, menjelaskan cita-cita hendak kita capai. Diceramahi yang mereka saja sendiri tak paham berbicara apa, dihakimi tanpa mengerti akan ada hati yang terluka lalu kemudian mati.
Aku tidak akan pernah lupa sakitnya tubuh yang kamu paksa berlari mengejar ketinggalan diri dari mereka yang kemampuannya tak terhitung lagi. Aku tidak akan pernah lupa saat tangan berulang kali gagal menggapai mimpi, saat kaki berulang kali patah sebelum bisa melompat tinggi, saat bertemu orang-orang baru yang dengan sengaja meletakkan beban baru dipundak sempit yang kamu miliki. Tanpa tau perihnya hati, tanpa tau arah dan motivasi yang saling membuntuti.
Aku tidak akan pernah lupa hingga saat ini pun kamu masih berjuang. memperbaiki sisi-sisi yang tanggal, mempelajari hal-hal yang belum kamu paham, meyakini sekalipun berulang kali mengecewakan diri, menguatkan hati sekalipun tak dianggap sedang berdiri. Bernegosiasi berulang kali, mengikuti kata hati atau mengikuti tekanan dari luar diri sendiri. Dan yang akan selalu aku ingat apapun yang kamu lewati menyerah tak pernah kau pilih. Kamu tak segan untuk menangis jika hati sudah meledak karena terlalu banyak dijejali, kamu juga selalu ingin mandiri sekalipun kaki terhenti dan butuh teman berlari. Kamu bisa menyelesaikan sekalipun rasa takut awalnya belum mampu kau runtuhkan. Sadari, tuhan tak akan menciptakan kekurangan pada diri, yang ada kita dikaruniai kelebihan yang berbeda satu dengan yang lain.
Terimakasih sekali lagi pada mata sendu yang tak suka langit kelabu, pada tangan dan kaki milik kita. Untuk diri, sekali lagi terimakasih.
Comments
Post a Comment